Rumah (Maaf)
Sudah hampir 20 tahun, dan selama itu, aku belum pernah barang sekalipun mengecewakanmu. Aku tidak berbangga diri, tapi justru diliput rasa takut sendiri. Bagaimana jika nanti, aku mengecewakanmu? Bagaimana jika anakmu yang tak pernah benar-benar mengecewakanmu ini, tiba-tiba ia membuat kesalahan yang justru sangat mengecewakanmu? Sungguh, aku tak ingin. Tapi, hidup berputar bukan? Aku bak manusia yang menunggu jatuh, yang harus lebih berhati-hati dalam melakukan, memutuskan, dan bersikap. Seharusnya, ini tidak harus ada. Seharusnya perasaan ini, baik-baik saja.
Maaf sudah menjadi anak yang dingin. Maaf tidak bisa ramah dan banyak bercerita.
Bu, bagaimana jika nanti aku jatuh? Bagaimana jika nanti anakmu ini mengecewakanmu? Bagaimana jika anak yang selalu kau bangga-banggakan ini justru mematahkan hatimu? Bagaimana jika suatu saat, segala pengharapanmu atas aku tak bisa terwujud? Bagaimana jika nanti aku membuat kesalahan yang melukai perasaanmu?
Aku sudah berusaha sejauh ini. Memang tak membawa banyak hal.
Tapi bagaimana jika semua itu terjadi?
Masih bisakah kau memelukku? Masih bisakah kau menerimaku? Masih bisakah kau menjadi tempatku pulang? Sekalipun nyatanya aku tak pernah sebebas itu bercerita.
Maaf menjadi anak yang dingin di depanmu.
Percayalah, aku juga ingin menjadi seperti anak-anak yang lain. Bercanda dengan orang tua mereka, bercerita tentang hal-hal kecil, ataupun rahasia-rahasia mereka.
Tapi, sudah kucoba. Dan, aku belum bisa.
Aku menyayangimu, dengan caraku.
Sekali lagi, maaf telah menjadi anak yang dingin.
Terima kasih, sudah sejauh ini merawatku.
Jember, 30 April 2020
11:12 WIB
Maaf sudah menjadi anak yang dingin. Maaf tidak bisa ramah dan banyak bercerita.
Bu, bagaimana jika nanti aku jatuh? Bagaimana jika nanti anakmu ini mengecewakanmu? Bagaimana jika anak yang selalu kau bangga-banggakan ini justru mematahkan hatimu? Bagaimana jika suatu saat, segala pengharapanmu atas aku tak bisa terwujud? Bagaimana jika nanti aku membuat kesalahan yang melukai perasaanmu?
Aku sudah berusaha sejauh ini. Memang tak membawa banyak hal.
Tapi bagaimana jika semua itu terjadi?
Masih bisakah kau memelukku? Masih bisakah kau menerimaku? Masih bisakah kau menjadi tempatku pulang? Sekalipun nyatanya aku tak pernah sebebas itu bercerita.
Maaf menjadi anak yang dingin di depanmu.
Percayalah, aku juga ingin menjadi seperti anak-anak yang lain. Bercanda dengan orang tua mereka, bercerita tentang hal-hal kecil, ataupun rahasia-rahasia mereka.
Tapi, sudah kucoba. Dan, aku belum bisa.
Aku menyayangimu, dengan caraku.
Sekali lagi, maaf telah menjadi anak yang dingin.
Terima kasih, sudah sejauh ini merawatku.
Jember, 30 April 2020
11:12 WIB
Komentar
Posting Komentar