Jalan yang berbeda
Susah juga jadi mahasiswa semester akhir, keinginan untuk cepat selesai tapi bingung kalo selesai mau ngapain setelahnya. I feel it. Jadi bimbang. Ditambah lagi teman-teman seangkatan yang engga karuan pada was wes wos seminar sana sini, pamflet di sebar ke sana ke mari, ramai di instastory. Lalu saat bertemu, berkumpul, pertanyaan-pertanyaan, "Kamu kapan?" "Sudah sampai mana?" "Udah dapet dospem belum?" BASI. Sumpah serapah sekali rasanya.
Sebenarnya itu pertanyaan biasa. Sangat biasa, normal, dan ya bisa jadi sekadar pertanyaan basa-basi pada semester tua, sebab sudah mulai ramai dilakukan, mungkin seperti trend, hanya saja yang ini tidak cepat berubah, kecuali jika kita lamban dan diam di tempat.
Kalimat-kalimat ini berisik sekali, akan jadi teman overthinking mungkin. Sebab aku enggan memberi pengharapan basi tanpa adanya gerakan nyata darimu,
Aku tau kalau tiap manusia mempunyai jalannya masing-masing. Aku sadar kalau tiap manusia mempunyai prosesnya masing-masing. Batu terjalnya beda-beda. Bisa jadi dari luar atau dari dalam diri sendiri. Misal judul yang tidak kunjung diterima, dosen pembimbing yang perfeksionis dan super sibuk, file yang tiba-tiba ilang, atau bahkan ganti judul padahal tinggal cari jadwal seminar, atau justru kemalasan yang menyebalkan dari diri sendiri.
Engga, aku gak malas. Tapi aku bingung, aku bingung harus mulai dari mana, aku bingung, aku takut, aku gak punya waktu, aku sibuk, aku apa lagi? aku bagaimana lagi? lalu apa lagi? lalu bagaimana lagi?
Coba tenang, duduk. Tarik napas pelan-pelan, keluarkan pelan-pelan dari mulut (bukan dari belakang, eh maap becanda). Take your time, relax. Ambil air lalu minum, minum dengan duduk, teguk perlahan.
Sekarang, coba tulis apa yang sangat kamu mau? Lalu tulis hal paling masuk akal apa untuk mendapatkan itu, kalau langkah-langkahnya lebih dari satu, tulis tiap langkahnya dengan rinci. Kalo udah, kamu udah berhasil melakukan dua hal. Tahu apa yang kamu mau dan tahu apa yang harus kamu lakukan untuk sampai di apa yang kamu mau atau mendapatkan hal tersebut.
Kadang, yang bikin kita bingung, yang bikin kita males, yang bikin kita jadi gak bergerak dan diam di satu tempat ya pikiran kita sendiri dengan berbagai alasan-alasan di dalamnya. Kuncinya tenang dulu. Lalu pelan-pelan uraikan tiap benang kusut di kepala dengan perlahan. Jangan dipaksa, kalo gusar, cari gimana caranya tenang.
Karena tiap orang punya jalannya masing-masing, karena tiap orang punya batu terjalnya masing-masing, karena tiap orang punya masalahnya masing-masing, maka tiap orang pun punya solusinya masing-masing, punya usahanya masing-masing.
Kalo misal yang dipengin sama, tapi posisinya engga sama, kesulitannya berbeda, ya usahanya jangan disamakan. Kalo yang jadi kepengenan itu sama, mau di waktu yang sama, sedangkan problemnya berbeda, kerja keras sama usahanya ya harus beda.
Sebab kita berbeda, sebab situasi dan karakternya berbeda, maka semua tidak bisa disamakan, dan bukan berarti jsutru kita menyerah sama keadaan. Melainkan usaha dan doanya yang harus maksimal. Ya beberapa usaha dan doa tidak berbuah sesuai dengan ekspektasi, bisa jadi berarti kemampuan kita masih bisa untuk berusaha lebih giat lagi dan doa kita masih bisa lebih khsuyu lagi atau memang ada hal-hal hebat lain yang bisa kita pelajari dari setiap langkah perjalanan yang sedang kita usahakan.
di sini, 8 Februari 2022 / 23:05 WIB
In syaa Allah materi ini sudah terfahami, teorinya terhafalkan dalam ingatan.
BalasHapusTapi entah, aku seperti siswa SMA yang hanya hafal teori tanpa aksi 😶
Aku tau aku berbeda, aku harus usaha lebih kalau memang ingin sama dengan mereka, tapi...
Ah entahlah, serasa pingin jalan di rel hidupku sendiri tanpa tengok kanan kiri. Tapi rasanya bukan begitu caranya, karena menurut pengendara sepeda, tanpa tengok kanan kiri bisa jadi menyakiti diri, braak....
Kalau maunya banyak, usaha sama doanya harus banyak juga. Kalo mau serakah, jangan sama mimpi aja, tapi doa sama usahanya juga, yaa! Melihat kanan kiri perlu, biar tahu waktunya melaju dan berhenti, tapi jangan sampai malah berambisi dengan sekitar. Baiknya, berambisi dengan diri sendiri di hari kemarin. Peluk jauh, selamat. 🤍
BalasHapusHihi, siap.
HapusSepertinya saat ini waktunya merealisasikan teori. Agar teori tak hanya sekedar teori tapi perlu pembuktian.
Bahwa mimpi besar juga butuh usaha dan doa yang banyak pula. Peluk jauh 🤍
Kalau mimpinya besar, kalau maunya banyak, semangat, usaha, sama doanya juga harus banyak! Peluk jauh penuh sayang!
Hapus