Perayaan Meriah
Apa enaknya merasakan sedih? Kita menangis dan tak jarang merasa sendiri, kesepian, tanpa apa dan siapa.
Tapi, perasaan sedih seperti bersemayam lebih lama, ya? Ia melekat. Tidak tahu diri sepertinya.Atau justru ingin membuat kita utuh berdiri? Iya. Mengajari manusia bahwa, ia tidak bisa untuk selalu dengan yang lainnya. Pun tidak bisa untuk selalu ada kepada yang lainnya.
Perasaan sedih jadi lekat sekali. Ia senang bersemayam, berlama-lama tinggal. Tidak suka meninggalkan kita sendirian dengan tanpa perasaan apa-apa. Itu cukup membosankan mungkin, baginya.
Ketergantungan dengan orang lain seringkali menyebalkan. Sadar atau tidak sadar, ia jadi akar yang bukan menguatkan ikatan di tanah agar bisa tumbuh tinggi menjulang dan mekar, tapi jusru mengikat ranting dan batang pohon untuk tetap dengan keadaan seadanya. Jadi bikin diam, tidak bergerak, dan tidak ke mana-mana.Perasaan ketergantungan jadi bikin kita merasa "selalu" ada orang di sekitar kita, yang bisa dimintai tolong, bisa diajak bercerita, bisa diminta ini dan itu, bisa diajak ke mana-mana.
Manusia sebagai makhluk sosial tetap butuh dengan yang lainnya, untuk berinteraksi, saling bersapa, menegur, membahu, membantu, ada. Akan tetapi, masing-masing juga butuh ruang. Tidak perlu besar, cukup ada. Sebab kehadiran manusia lain tidak selalu ada. Tidak ada yang bisa menjamin untuk selalu ada, selalu hadir, selalu di sini, bersebelahan, berdampingan, berhadapang, berpandang atau menggenggam.
Entah karena keadaan, kesibukan, situasi, kemacetan, pekerjaan, keterlambatan, atau bahkan kematian. Sebab itu ruang sendiri diperlukan. Selain untuk membiasakan, juga untuk memahami diri sendiri. Untuk tahu sejauh apa berjalan atau bahkan berlari, untuk tahu sudah sehebat apa, setinggi apa terbang, merekah seharum apa, meruah. Untuk tahu hal-hal kurang menyenangkan yang memang harus diterima. Nasib-nasib dulu yang di luar kendali, di luar tanggung jawab, di luar kemampuan. Lalu mengevaluasi diri. Atau mungkin sesederhana untuk menertawai hal-hal konyol yang pernah dilakukan diri di masa lalu.
Tapi, bukan berarti bersama orang lalin justru jadi hal buruk. Bersama orang lain pun menyenangkan. Hal-hal yang biasanya dilakukan sendirian, jadi lebih cepat saat dilakukan bersama. Pekerjaan yang tadinya dikerjakan sendiri jadi lebih maksimal saat dilakukan bersama, lebih berkualitas, lebih bagus. Tapi, yang menjadi masalah adalah kebersamaan yang sampai menghilangkan ruang buat diri sendiri.
Meskipun, pada beberapa titik, kesendirian jadi menyebalkan. Sepi sekali rasanya. Tapi, memangnya manusia pernah "punya?" Apa yang ia punya kecuali Tuhannya Yang Maha Ada?
Komentar
Posting Komentar