SATU BULAN MENJELANG 2024 USAI

 Tahun ini setidaknya aku telah mencoba dua hal yang berujung sama. GAGAL. TIDAK LOLOS, SILAHKAN COBA DI KESEMPATAN BERIKUTNYA,

Kadang terdengar lebay! Begitu saja dipikirin!

Ya, memang kenapa? Toh aku memikirkannya di dalam kepalaku, tidak memaksakan masuk di kepala siapa pun.

Aku bercermin, mencoba bertanya kepada pantulan wajah di sana. "Bagaimana perasaanmu?"

Ia diam. Tidak mengekspresikan apa pun. Tapi dari sorot matanya, jelas bukan bahagia atau senang yang terpancar di sana.

Tidak ada buliran air mata yang menggenang, apalagi sampai terjatuh.

Hari-hari berlalu begitu saja. Seperti biasanya. Meskipun dada terasa sesak dengan beragam emosi yang bertumpuk, berdempetan saling bersinggungan. Sebab terlalu banyak yang terpendam di sana. Tidak tau caranya keluar, tidak tau di mana pintu keluar.

Tapi di bagian ini. Ia belajar mengurai semuanya pelan-pelan. Dan mungkin berbelit-belit. Sebab ini kali pertama baginya, setidaknya setelah sekian lama.

Ada banyak sekali yang terngiang di kepala. Pertanyaan, pernyataan, asumsi dan kalimat-kalimat yang seharusnya hanya lewat dan menjadi angin lalu belaka.

Kalimat-kalimat serupa, "Setelah ini mau ke mana?" atau "Bagaimana kalau gagal? Apa rencanamu selanjutnya?" atau seperti, "aku penasaran kenapa kamu memutuskan hal ini, karena sepertinya menurutku bla bla bla...." atau yang seperti ini, "yah, yang seperti itu, kan bisa diusahakan sendiri. tergantung masing-masing pribadinya mengusahakan dengan baik atau tidak."

Di percobaan pertama, aku sadar kesalahanku di mana. Meskipun sedih dengan hasilnya, aku faham kurangku di mana, dan hal baik yang kuperoleh di sana. Setidaknya jika tidak mencobanya, aku mungkin tidak tahu tentang kesalahan IPK ku di data.

Lalu pada percobaan lain selanjutnya, aku tidak lagi mengulang hal yang sama. Waktu-waktu luang kupakai untuk belajar. Bangun lebih awal untuk sholat, berdoa dan belajar. Memangkas jam istirahat untuk belajar. Lalu berujung dengan hasil yang sama dengan sebelumnya.

Aku mencari di mana salahnya. Aku tidak lagi menangis. Tapi sesak sekali isi kepala dan dada ini. 


Jika pada kegagalan pertama kali, aku marah dan merasa semuanya percuma. Ibadah-ibadah serta doa yang melangit kuusaikan. Setidaknya pada kegagalan kali ini. Aku akan tetap mempertahankannya. Aku tidak lagi meminta ini itu. Aku cukup hanya menyukai ritme dan rutinitasnya saja, bukan?


Aku masih punya banyak energi untuk mencoba dan mengusahakan ini itu. Aku tidak akan selesai di percobaan kemarin.

Komentar

Postingan Populer